Burung Ekek Geling merupakan burung endemik di hutan-hutan pegunungan Pulau Jawa dan Kalimantan. Bagaimana perawatan burung ini? Jika Anda memilikinya, disarankan untuk melakukan penangkaran sebagai bagian dari upaya menambah populasinya di Bumi Indonesia.
Selama ini banyak kicaumania yang menganggap ekek geling identik dengan burung tengkek, padahal jelas sangat berbeda. Ekek geling (Cissa thalassina)merupakan salah satu spesies dari famili Corvidae (keluarga gagak-gagakan), seperti halnya cililin. Adapun tengkek atau raja udang termasuk dalam famili Alcedinidae.
Menangkarkan ekek geling
Untuk mengembangbiakkan ekek geling, baik dari Kalimantan maupun Jawa, dibutuhan kandang penangkaran yang luas (model aviary) yang didalamnya disediakan sebuah besek atau basket (mangkuk sarang) yang terbuat dari rotan untuk tempat bersarang dan bertelur.
Burung betina bertelur sekitar 3-4 butir. Lama pengeraman sekitar 18 – 20 hari. Setelah menetas, piyikan biasanya diberi makan berupa ulat hongkong selama 3-4 hari oleh indukannya. Jadi selama beberapa hari itulah siapkan ulat hongkong sebanyak-banyaknya.
Pada hari ke-11, piyik ekek geling mulai tumbuh bulu-bulu halus. Matanya baru terbuka pada hari ke-12.
Yang membedakan ekek geling kalimantan dengan ekek geling jawa adalah warna yang mengelilingi kornea matanya . Ekek geling kalimantan memiliki iris mata yang berwarna putih, sedangkan Ekek-geling jawa yang berukuran 32 cm yang didominasi warna hijau, berekor pendek, bersetrip mata hitam dengan iris coklat. Kebiasaannya adalah terbang dalam kelompok kecil dan memburu serangga di hutan. Meski sering bersuara, namun agak sulit dilihat dikarenakan warna bulunya yang tersamarkan oleh hijaunya daun. Nah, ekek geling yang berasal dari Jawa inilah yang statusnya terancam punah, dengan populasi yang diketahui tinggal 249 ekor.
Membedakan burung jantan dengan betina ekek geling bisa dibilang sangat sulit, karena secara fisik memiliki kemiripan satu sama lainnya. Makanan utamanya adalah berbagai jenis serangga, kadal kecil, ular kecil, telur burung-burung kecil lainnya, dan buah-buahan.
Spesies ini kadang terlihat menyendiri atau berpasangan pada musim kawin, dan termasuk burung yang menjaga teritorial dan sarangnya.
Kalau omkicau.com menyarankan siapapun yang memiliki ekek geling untuk menangkarnya, itu karena sejumlah penangkar luar negeri justru sudah berhasil mengembangbiakkan spesies asli Indonesia tersebut. Hal ini sekaligus untuk menunjukkan bahwa penangkaran ekek geling bukanlah sesuatu yang sulit untuk dilakukan.
Sediakan juga beberapa bahan penyusun sarang seperti jerami kering, daun kering, serat kelapa, ijuk dan sebagainya yang disebar di bagian bawah kandang. Sebagian lagi ditebar dalam besek / keranjang rotan, karena terkadang burung betina akan bertelur dalam keranjang rotan tanpa terlebih dulu membuat sarang.
Setelah berumur 5-6 har, piyikan bisa diberikan anak tikus yang masih merah (cindil: Jawa / nying-nying:Sunda). Berikan dengan porsi 3-4 ekor selama dua atau tiga kali sehari.
Setelah berusia 12 -14 hari, pakan hidup harus selalu disiapkan dalam kandang penangkarannya sampai anakan berusia 25 hari. Sebab pada umur tersebut anak burung sudah bisa bertengger dan keluar dari sarangnya. Pada waktu itulah anakan bisa disapih dan kita loloh sendiri, dengan menggunakan campuran serangga dan voer basah.
Ekek geling kerap digunakan sebagai burung masteran untuk burung peliharaan semacam murai batu, cucak hijau dan cendet, karena suara tembakannya yang keras. Meski tidak serapat cililin, suaranya cukup bagus juga jika dinyanyikan oleh burung murai batu.
Om Duto pernah membuatkan link download untuk beberapa suara ekek geling. Bagi yang belum memilikinya, silahkan sedooot…
Semoga bermanfaat.
Sumber : omkicau.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar