Sebagian kicaumania menganggap semua burung murai batu (MB) ekor hitam pasti berasal dari Pulau Nias, yang secara administratif masuk dalam wilayah Provinsi Sumatera Utara. Sebenarnya tidak selalu demikian. MB ekor hitam, dengan tipikal yang sama dengan Nias, juga dijumpai di Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat. Bahkan beberapa pulau kecil di Aceh pun menjadi habitat murai batu ekor hitam, meski sebagian diantaranya memiliki tipe yang sedikit berbeda.
Sebenarnya MB ekor hitam sudah lama dikenal, bahkan sudah meramaikan lomba burung berkicau pada beberapa dekade lalu. Namun pamornya sempat menurun, setelah juara kelas murai selalu didominasi murai batu ekor putih, baik dari Aceh, Medan, Lampung, maupun Jambi. MB ekor hitam moncer kembali berkat penampilan gemilang Natalia (Mr Gunawan Solo), Monster (Erick Cilacap), hingga Gudang Peluru (Yopie Purbalingga) di berbagai even regional maupun nasional.
Fakta menarik dari MB ekor hitam adalah habitatnya yang sebagian besar merupakan pulau-pulau kecil atau kepulauan, khususnya di sisi barat dan barat laut Pulau Sumatera. Oleh karena itu, MB ekor hitam sebagai disebut murai batu kepulauan. Ini untuk membedakannya dari MB ekor putih yang memiliki habitat di daratan, baik di kawasan hutan pegunungan, ngarai / air terjun, hingga pesisir.
Meski demikian, murai batu ekor hitam (black-tailed shama) bukanlah spesies yang berdiri sendiri. Ia tetap dikelompokkan dalam spesies Copsychus malabaricus, dalam posisi sebagai subspecies dengan nama ilmiahCopsychus malabaricus melanurus. Adapun murai batu ekor putih atau white-rumped shama memiliki nama ilmiah Copsychus malabaricus tricolor.
Berdasarkan pemetaan sementara, MB ekor hitam bisa dibedakan menjadi beberapa jenis, yaitu:
MB Nias
Habitat murai jenis ini di Kepulauan Nias, Sumatera Utara. Panjang ekornya sekitar 20-25 cm, dan benar-benar mulus, dalam arti keenam pasang bulu ekornya semua berwarna hitam.
Masyarakat setempat menyebutnya sebagai totohua, yang dikenal karena suaranya yang mengkristal, melengking, dan terkenal dengan tembakan-tembakannya. MB Nias juga dikenal sebagai burung cerdas, mampu menirukan suara burung disekitarnya dengan sangat cepat.
MB Pagai / Mentawai
Murai jenis ini dapat dijumpai di Pulau Pagai, salah satu dari empat gugus pulau di Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat. Penampilannya hampir sama dengan MB Nias, dan diduga memang berasal dari jenis yang sama.
Saya tidak tahu persis jarak antara Kepulauan Nias dengan Pagai dan Mentawai. Setahu saya, murai batu tidak termasuk burung migrasi. Kalau pun terbang, jarak terjauh yang ditemuhnya hanya sekitar 20.000 km. Ada kemungkinan, di masa lalu, burung ini dibawa nelayan dari Nias ke Pagai / Mentawai, atau justru sebaliknya.
MB Simeulue / Sinabang
Jenis murai ini juga sama dengan MB Nias, hanya saja postur tubuh dan kepalanya lebih kecil. Demikian pula dengan ekornya yang lebih pendek. Tetapi, sebagaimana MB Nias, ekor hitamnya juga mulus, meski ada juga beberapa individu yang memiliki sedikit noktah putih.
Sesuai dengan namanya, MB ekor hitam ini memiliki habitat di Pulau Simeulue. Adapun Sinabang merupakan salah satu daerah yang ada di pulau tersebut. Seperti diketahui, Simeulue merupakan pulau yang terdekat dari pusat gempa tektonik yang berpuncak pada gelombang tsunami besar di Aceh pada 26 Desember 2004. Belum diketahui efek tsunami terhadap keberadaan MB ekor hitam di pulau ini.
MB Lasia
Habitatnya di Pulau Lasia, Aceh. Sebuah pulau kecil di sebelah tenggara Pulau Simeulue, dan termasuk dalam wilayah Kabupaten Simeulue. Penampilannya mirip MB Simeulue / Sinabang, namun postur tubuh sedikit lebih besar. Demikian pula ekornya yang lebih panjang, menyerupai MB Nias. Pada ekornya dijumpai beberapa noktah putih, yang hanya terlihat pada bulu-bulu bagian dalam / bawah (jadi, kita harus melihatnya dalam posisi di bawah burung).
MB Lampuyang
Jenis ini berasal dari daerah Lampuyang, Pulau Breueh, Aceh. Ciri khasnya, dari enam pasang bulu ekornya, tiga pasang hitam total. Tiga pasang lainnya sebenarnya juga hitam, tetapi di bagian ujung ekornya terdapat noktah putih dengan diameter sekitar 1 cm.
MB Sabang
Cirinya mirip dengan MB Lampuyang, namun ekornya lebih panjang. Sayangnya, MB ekor hitam jenis ini sudah makin langka. Kepada yang memilikinya, mohon bisa menangkar di rumah, agar sobat kicaumania lainnya bisa memilikinya tanpa mengurangi populasi di alam bebas yang makin menipis.
Seperti disebutkan sebelumnya, pemetaan MB ekor hitam ini masih bersifat sementara, karena minimnya data yang diperoleh. Bagi sobat kicaumania yang bisa memberikan informasi lebih lengkap, silakan ditambahkan pada boks komentar, dan akan saya update data ini secara berkala.
Semoga bermanfaat.
Sumber :
Referensi dan gambar: muraibatusumatera.blogspot.com, wikipedia, dan beberapa sumber lainnya.
http://omkicau.com/2012/12/27/ragam-murai-batu-ekor-hitam-di-sumatera/?fb_ref=wp
Tidak ada komentar:
Posting Komentar